EquityWorld Futures - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kian perkasa. Siang ini Rupiah bergerak menguat ke level Rp13.000 per USD. Melansir Bloomberg Dollar Index, Pukul 12:30 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange berada di level Rp13.985 per USD.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menyatakan, penguatan tajam pada kurs Rupiah hari ini ditopang pelepasan valuta asing (valas) oleh investor asing dan perbankan. Dia menjelaskan, pelepasan valas oleh investor asing dipengaruhi hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Bank Sentral AS, The Fed. Di mana Jerome Powell mengumumkan untuk menahan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) di kisaran 2,25%-2,5%, pada Rabu 30 Januari 2019. Kini The Fed pun mengadopsi pendekatan yang lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga acuan, kebijakan ini berbeda dari beberapa tahun terakhir yang agresif melakukan pengetatan moneter. "Pelepasan valas karena kebijakan moneter Bank Sentral AS yang memutuskan tidak mengubah FFR dengan statement yang dovish. Di mana the Fed akan bersabar dalam membuat keputusan perubahan FFR ke depan dan mengindikasikan kemungkinan memperlambat proses normalisasi neraca The Fed," Dia menjelaskan, arah kebijakan The Fed tersebut membuat potensi kenaikan FFR berkurang, namun potensi penurunan FFR menguat. "Sehingga implied probability kenaikan FFR hingga Desember tahun ini kembali turun, sementara implied probability penurunan FFR di akhir tahun naik menjadi 22%," Sementara itu, adanya arus modal asing (capital iflows) yang masuk ke Indonesia. Pada hari ini saja, dana asing yang masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp2 triliun. "Itu per siang hari ini," Nanang menyatakan, BI akan tetap akan membiarkan Rupiah berlanjut menguat di bawah level Rp14.000 per USD. Hal ini karena kurs Rupiah dinilai masih undervalued, sehingga memiliki potensi untuk terus menguat ke level selanjutnya. "Sekaligus untuk memperkuat confidence (kepercayaan) terhadap Indonesia". EquityWorld Futures
0 Comments
PT EquityWorld Futures : Wall Street Bergerak Mixed, Investor Cermati Laporan Keuangan Emiten1/30/2019 EquityWorld Futures - Saham-saham di Wall Street bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mempertimbangkan serangkaian laporan laba perusahaan dan data ekonomi utama.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 51,74 poin atau 0,21%, menjadi berakhir di 24.579,96 poin. Indeks S&P 500 turun 3,85 poin atau 0,15%, menjadi ditutup di 2.640,00 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir turun 57,40 poin atau 0,81%, menjadi 7.028,29 poin. Raksasa farmasi Pfizer melaporkan laba kuartal keempat yang melampaui estimasi Wall Street. Perusahaan melaporkan laba per saham USD0,64 dan pendapatan USD13,97 miliar. Untuk tahun penuh 2018, Pfizer melaporkan laba per saham yang disesuaikan USD3,00 dan pendapatan USD53,6 miliar. Untuk tahun 2019, Pfizer memproyeksikan laba per saham yang disesuaikan berkisar antara USD2,82 hingga USD2,92 dan pendapatan berkisar antara USD52 miliar hingga USD54 miliar, keduanya lebih rendah dari perkiraan para analis. Perusahaan 3M, Allergan, Verizon dan Biogen berada di antara perusahaan-perusahaan yang membukukan laba lebih baik dari perkiraan. Di bidang data ekonomi, indeks kepercayaan konsumen AS mencapai 120,2 pada Januari, turun dari 126,6 pada Desember, menurut survei bulanan Conference Board. Lynn Franco, direktur senior Indikator Ekonomi di Conference Board, mengatakan sementara kondisi-kondisi ekonomi tetap menguntungkan, ekspektasi-ekspektasi menurun tajam karena volatilitas pasar keuangan dan penutupan pemerintah tampaknya berdampak pada konsumen. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kinerja intermediasi perbankan masih mencatatkan perkembangan positif yang terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan pada 2018 sebesar 11,75%. "Pertumbuhan kredit perbankan mencapai double digit pada Desember 2018 sebesar 11,75% year on year," Wimboh mengatakan pertumbuhan kredit ini didukung oleh peningkatan permintaan dari sektor listrik, gas dan air, transportasi serta pertambangan yang selama 2018 menunjukkan kontribusi kepada kinerja perekonomian secara keseluruhan. "Kebanyakan kredit ini untuk kebutuhan produktif, sebagai modal kerja dan investasi. Kredit konsumsi juga meningkat tapi tidak besar," Dalam kesempatan ini, Wimboh menambahkan kinerja lembaga keuangan yang baik ini juga diikuti oleh intermediasi perusahaan pembiayaan yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,17% (year on year) dalam periode 2018. Akselerasi kredit perbankan dan pembiayaan ini ikut didukung oleh risiko kredit yang terjaga dengan rasio kredit perbankan bermasalah (NPL) tercatat 2,37% dan rasio kredit perusahaan pembiayaan (NPF) mencapai 2,71%. Sementara itu, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan dalam periode yang sama tercatat pada angka 23,5%, dengan risk-based capital (RBC) untuk asuransi umum dan jiwa masing-masing tercatat sebesar 332% dan 441%. "Permodalan lembaga jasa keuangan berada di level memadai untuk mengantisipasi peningkatan risiko sekaligus mendukung ekspansi pembiayaan," Dalam pasar modal, penghimpunan dana mencapai Rp166 triliun dengan jumlah emiten tercatat sebanyak 62 serta investor nonresiden mencatatkan beli bersih (net buy) di pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara masing-masing Rp400 miliar dan Rp42,37 triliun. Untuk kebijakan 2019, OJK telah menyiapkan lima kebijakan dan inisiatif untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan UMKM, dan masyarakat kecil untuk meningkatkan ekspor. Kebijakan ini juga bertujuan untuk mendorong inovasi teknologi informasi industri jasa keuangan serta reformasi internal dalam pengaturan dan pengawasan sektor keuangan. EquityWorld Futures PT EquityWorld Futures : WIKA Bukukan 11 Kontrak Baru di Luar Negeri Senilai Rp6,56 Triliun1/28/2019 EquityWorld Futures - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) telah mengembangkan pasar baik di dalam maupun luar negeri. Hingga akhir 2018, perusahaan berhasil membukukan pencapaian 11 kontrak baru senilai Rp6,56 triliun atau mengalami peningkatan 135% dibanding capaian tahun sebe|umnya.
General Manajer Luar Negeri WIKA Yulianto mengatakan, kontrak baru tersebut di antaranya adalah mixed used building Senegal, 3.000 logement di Aljazair dan renovasi Presidential Palace Niger. "10 negara existing yang telah bekerjasama dengan WIKA yaitu Timor Leste, Malaysia, Filipina, Myanmar, Aljazair, Niger, Nigeria, Senegal, Uni Emirat Arab, dan Taiwan," Dia menjelaskan, WIKA juga menyasar opportunity di negara lain yang menjadi sasaran baru, dan juga mendorong sinergi BUMN dalam pengembangan bisnis termasuk penjajakan investasi di beberapa negara existing. "Sebagai perusahaan BUMN, portofolio WIKA di luar negeri sangat menjanjikan yang terlihat dari berhasil didapatkannya proyek proyek di negara Timur Tengah, Afrika dan Asia," Hal ini, lanjut dia, menarik antusiasme dari perwakilan negara lainnya untuk menjajaki kerjasama dengan WIKA, dibuktikan dengan terlaksananya kunjungan dari enam negara ke Kantor WIKA selama 2018. "WIKA telah menjadi perusahaan unggulan di negara-negara operasional, dan kehadiran kami bagian yang dibutuhkan di beberapa negara". EquityWorld Futures PT EquityWorld Futures : WIKA Bukukan 11 Kontrak Baru di Luar Negeri Senilai Rp6,56 Triliun1/28/2019 Equityworld Futures - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) telah mengembangkan pasar baik di dalam maupun luar negeri. Hingga akhir 2018, perusahaan berhasil membukukan pencapaian 11 kontrak baru senilai Rp6,56 triliun atau mengalami peningkatan 135% dibanding capaian tahun sebe|umnya.
General Manajer Luar Negeri WIKA Yulianto mengatakan, kontrak baru tersebut di antaranya adalah mixed used building Senegal, 3.000 logement di Aljazair dan renovasi Presidential Palace Niger. "10 negara existing yang telah bekerjasama dengan WIKA yaitu Timor Leste, Malaysia, Filipina, Myanmar, Aljazair, Niger, Nigeria, Senegal, Uni Emirat Arab, dan Taiwan," Dia menjelaskan, WIKA juga menyasar opportunity di negara lain yang menjadi sasaran baru, dan juga mendorong sinergi BUMN dalam pengembangan bisnis termasuk penjajakan investasi di beberapa negara existing. "Sebagai perusahaan BUMN, portofolio WIKA di luar negeri sangat menjanjikan yang terlihat dari berhasil didapatkannya proyek proyek di negara Timur Tengah, Afrika dan Asia," Hal ini, lanjut dia, menarik antusiasme dari perwakilan negara lainnya untuk menjajaki kerjasama dengan WIKA, dibuktikan dengan terlaksananya kunjungan dari enam negara ke Kantor WIKA selama 2018. "WIKA telah menjadi perusahaan unggulan di negara-negara operasional, dan kehadiran kami bagian yang dibutuhkan di beberapa negara". Equityworld Futures EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat pada penutupan perdagangan sesi I. Tercatat, siang ini IHSG ditutup naik 18,6 poin atau 0,28% ke 6.485,25.
Menutup perdagangan sesi I, Ada 215 saham menguat, 159 saham melemah, dan 122 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp4,05 triliun dari 6,62 miliar saham diperdagangkan. Indeks LQ45 naik 2,97 poin atau 0,3% menjadi 1.026, indeks Jakarta Islamic Index (JII) naik 1,17 poin atau 0,2% ke 725,74, indeks IDX30 naik 1,47 poin atau 0,3% ke 564,27 dan indeks MNC36 turun 1,11 poin atau 0,3% ke 371,37. Mayoritas penggerak IHSG menguat, dengan sektor AGRI memimpin penguatan 1,7%. Adapun saham-saham yang bergerak dalam jajaran top gainers, antara lain saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS) naik Rp175 atau 15,91% ke Rp1.275, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) naik Rp28 atau 12,17% ke Rp258 dan saham PT Cottonindo Ariesta Tbk (KPAS) naik Rp16 atau 9,09% ke Rp192. Sementara itu, saham-saham yang bergerak dalam jajaran top losers, antara lain saham PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) turun Rp16 atau 11,11% ke Rp128, saham PT Indosat Tbk (ISAT) turun Rp140 atau 4,86% ke Rp2.740 dan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) turun Rp80 atau 3,35% ke Rp2.310. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - PT Fitch Ratings Indonesia menetapkan outlook stabil dan peringkat nasional jangka panjang BBB+(idn) untuk obligasi yang diterbitkan PT PP Properti Tbk (PPRO) senilai Rp800 miliar yang akan jatuh tempo pada tahun 2022. Obligasi ini merupakan penerbitan tahap kedua dari penawaran umum berkelanjutan PPRO sebesar Rp2 triliun. Sebelumnya PPRO pun menerima peringkat BBB+ (idn).
Analis Utama Fitch Ratings Salman Alamsyah mengatakan, setelah penerbitan kedua ini, PPRO akan memiliki sekitar Rp534,5 miliar sisa PUB. Obligasi baru PPRO ini merupakan kewajiban senior tanpa jaminan. PP Properti berencana untuk memakai sekitar 44% dari dana obligasi untuk keperluan modal kerja, sekitar 46% untuk pembayaran akuisisi lahan dan investasi lainnya, dan sisanya sekitar 10% untuk refinancing utangnya. Peringkatan outlook stabil dan peringkat nasional jangka panjang BBB+ yang diberikan pada PPRO salah satunya didasari oleh prapenjualan apartemen yang kuat, proyek terdiversifikasi, dan lokasi proyek atraktif di kota-kota besar. Fitch memperkirakan prapenjualan teratribusi PPRO akan meningkat dari Rp3 triliun di tahun 2019 menjadi Rp4,7 triliun di tahun 2021 dengan EBITDA margin sekitar 21%-23% di tahun 2019-2021. Di sisi lain, investasi akuisisi lahan pada periode tersebut akan terbatas karena PPRO telah memiliki cadangan lahan yang cukup. Fitch menilai, peringat PPRO akan naik jika prapenjualan teratribusi di atas Rp3 triliun secara berkelanjutan tanpa terjadi pelemahan pada profil finansial. Sedangkan peringkat bisa terpengaruh negatif jika prapenjualan teratribusi PPRO turun di bawah Rp1,5 triliun secara berkelanjutan, dan adanya pelemahan likuiditas yang berdampak pada ketidakmampuan PPRO untuk membiayai proyek dan membayar utang. Fitch melihat, PPRO memiliki likuiditas yang cukup untuk membiayai utang jatuh tempo Rp334 miliar hingga akhir 2019. Per September 2018, PPRO memiliki kas Rp709 miliar. "Fitch memperkirakan, PPRO membutuhkan dana eksternal tambahan dalam jangka menengah untuk pembayaran akuisisi lahan di 2019, untuk mendanai biaya konstruksi yang tinggi dalam empat tahun ke depan dan untuk refinancing kewajiban utang". EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan pajak tahun 2018 mencapai Rp1.315,93 triliun. Jumlah ini meleset atau hanya tercapai 92,41% dari target yang ditetapkan ABPN 2018 sebesar Rp1.424 triliun.
Kendati demikian, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan penerimaan pajak di tahun 2018 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun belakangan. "Dari segi penerimaan pajak, tahun 2018 merupakan tahun yang cukup menggembirakan. Capaian di tahun 2018 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir," Jelas dia, terdapat dua hal yang menjadikan capaian kali ini lebih istimewa. Pertama, capaian ini diraih tanpa melalui mekanisme perubahan APBN (APBN P). Kedua, capaian ini tetap mampu diraih meski terdapat pengurangan penerimaan potensial dari pemberian fasilitas perpajakan, terutama penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)--dari sebelumnya 1% menjadi 0,5%--dan program percepatan restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran pajak). "Positifnya kinerja penerimaan pajak juga tercermin pada capaian pertumbuhannya. Apabila dibandingkan tahun 2017, penerimaan perpajakan mengalami pertumbuhan double digit, sebesar 14,33% year-on-year (yoy)," Selain itu, peningkatan penerimaan pajak di tahun 2018 merupakan hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat melalui kepatuhan sukarela (voluntary compliance) dan usaha yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti kegiatan Pengawasan Wajib Pajak (WP), Pemeriksaan, Penagihan, Penyidikan dan Ekstensifikasi. EquityWorld Futures PT EquityWorld Futures : Bappenas Prediksi Defisit Transaksi Berjalan 2018 di Kisaran 2%-2,5%1/22/2019 EquityWorld Futures - Kementerian PPN/Bappenas memprediksi defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) berada di kisaran 2% hingga 2,5% di sepanjang 2018. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, defisit CAD masih bisa di bawah 3% didorong harga komoditas dan nilai tukar rupiah.
"Selama penurunan harga komoditas dan rupiah harusnya bisa 2% sampai 2,5%. CAD masih manageble bagi Indonesia," Menurut Bambang, Indonesia sudah harus tidak bergantung lagi terhadap barang komoditas, sehingga bisa beralih ke produk berbasis manufaktur. "Ya intinya harus mulai tinggalkan ketergantungan ke komoditas. Dorong produk manufaktur," Sebelumnya, defisit CAD diperkirakan menembus USD32 miliar sepanjang 2018. Perkiraan itu makin lebar jika dibanding capaian 2017 yang sebesar USD17,3 miliar. Managing Director Political Economy and Policy Studies, Anthony Budiawan, mengatakan defisit neraca perdagangan saja sudah mencatatkan rekor terburuk. Sehingga, membuat investor pesimistis dengan kondisi ekonomi Tanah Air. Sementara itu pemerintah mengantisipasi risiko-risiko yang ada dan memperkuat fundamental ekonomi guna menopang kondisi perekonomian nasional di tahun 2019. Salah satunya, penguatan posisi Transaksi Berjalan tetap akan memperoleh perhatian yang besar di tahun ini. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus tergerus hingga sesi perdagangan siang, Setelah tadi pagi anjlok sangat dalam. Keterpuruhan rupiah mengiringi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang justru kokoh berdiri di zona hijau.
Rupiah hingga perdagangan sesi I berada di posisi Rp14.220/USD atau merosot tajam dari posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.175/USD. Rupiah sendiri bergerak pada kisaran level Rp14.170 hingga Rp14.228/USD. Posisi rupiah berdasarkan data Bloomberg, siang ini berada pada level Rp14.228/USD atau tidak lebih baik dibandingkan penutupan akhir pekan kemarin di posisi Rp14.177/USD. Siang ini tercatat rupiah bergerak pada kisaran harian Rp14.205-Rp14.228/USD. Menurut data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, menunjukkan rupiah siang ini tertahan di level Rp14.212/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah memburuk dari posisi sebelumnya Rp14.182/USD. Di sisi lain IHSG pada perdagangan siang ini semakin menguat dengan tambahan 18.35 poin atau 0,28% ke level 6.466,50 usai tadi pagi menanjak tipis menjadi 6.458 dengan peningkatan 10,4 poin yang setara 0,16% dibandingkan akhir pekan kemarin, dimana ditutup menguat di posisi 6.448,16. Sektor saham dalam negeri mayoritas menguat dengan sektor perkebunan menguat tertinggi sebesar 3,40% diikuti pertambangan merangkak naik 0,92%. Sementara, sektor yang melemah yakni properti mencapai 0,71%. Adapun nilai transaksi pada bursa Indonesia tercatat sebesar Rp4,02 triliun dengan 6,61 juta saham diperdagangkan pada sesi siang hari ini dan transaksi bersih asing Rp136,51 miliar dengan aksi jual asing sebesar Rp984,82 miliar dan aksi beli asing mencapai Rp1,12 triliun. Tercatat 245saham naik, 162 turun dan 174 saham mendatar. Beberapa saham yang menguat di antaranya PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), PT Pool Advista Indonesia Tbk. (POOL) serta PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR. Sedangkan saham-saham dengan pelemahan yakni PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), PT Waran Seri I Barito Pacific Tbk. (BRPT-W) dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. EquityWorld Futures |
OFFICIAL WEBSITEPT Equityworld FuturesProfil Perusahaan Legalitas Badan Pengawasan Hubungi Kami Archives
November 2022
Categories |
Selamat Datang di, | PT EQUITYWORLD FUTURES SAMARINDA |