EquityWorld Futures - Inflasi periode minggu ketiga Januari 2019 diperkirakan mencapai 0,5% dan secara year on year (yoy) di level 3,03%. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim bahwa inflasi nasional tahun ini bakal tetap rendah dan terkendali dengan berada di kisaran 3%.
"Survei pemantauan harga minggu pertama bulan Januari, perkirakan 0,5% month to month, kalau yoy 3,03% Secara keseluruhan (inflasi) rendah dan terkendali. Inflasi akhir tahun, kami perkirakan di bawah 3,2%," Sambung dia menerangkan, soal kenaikan harga bahan pangan belakangan ini sudah mengalami penurunan. Namun beberapa barang komoditas masih mengalami kenaikan tinggi. "Januari terjaga rendah dan stabil di sekitar 3%, ke depan inflasi akan terkendali dan stabil. Perkiraan kami 3,5% poin 3,5 plus minus," Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Desember 2018 sebesar 0,62% atau lebih tinggi dibanding bulan November yang mencapai 0,27%. Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan dengan angka inflasi 0,62% maka inflasi year on year pada Desember 2018 tercatat 3,13%. Inflasi inti atau core inflation tercatat 3,07% (year on year). Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2018 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2018 terhadap Desember 2017) masing-masing sebesar 3,13%. Komponen inti pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 0,17%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Desember) 2018 dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Desember 2018 terhadap Desember 2017) masing-masing sebesar 3,07%. EquityWorld Futures
0 Comments
EquityWorld Futures - Bank Indonesia (BI) diragukan ekonom bakal menaikkan suku bunga acuan meski The Fed memberi sinyal tetap mengerek suku bunga Amerika Serikat alias Fed rate secara bertahap di tahun ini. Sebelumnya, September kemarin, BI sudah mendongkrak suku bunga hingga di level 6%.
Indef memperkirakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di 6%. "BI diperkirakan akan tetap menahan bunga acuan pada level 6%. Biasanya BI akan mengikuti Fed rate, untuk tahun ini Fed diperkirakan hanya naikan bunga acuan dua kali atau dovish," Sambung dia menerangkan, pelemahan ekonomi global yang terjadi pada 2019 dan rendahnya harga komoditas menjadi alasan dari kenaikan bunga yang tidak terlalu agresif hingga akhir 2019. "Rupiah juga masih terjaga dirange kurs BI sehingga tidak membutuhkan intervensi melalui kenaikan bunga. Sementara itu BI ingin menjaga situasi ekonomi dalam negeri tetap kondusif karena kenaikan bunga di 2018 lalu membuat biaya pinjaman dunia usaha naik dan memperlambat perekonomian domestik," Sebelumnya Ia menilai langkah BI menahan bunga acuan sudah tepat, dalam mengantisipasi Fed rate atau suku bunga AS yang baru ditetapkan. Seperti diketahui The Fed alias Bank Sentral AS kembali menaikkan suku bunga untuk melengkapi empat kali sepanjang tahun 2018. "Jadi BI masih punya ruang untuk menyesuaikan suku bunga tahun depan (2019). Ibaratnya menghemat amunisi. Sementara untuk stabilisasi kurs rupiah masih ada cadangan devisa yang naik menjadi USD117 Miliar di November." EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa kemarin, merilis neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2018 yang mengalami defisit USD1,1 miliar. Kepala BPS, Suhariyanto, mengungkapkan hal ini disebabkan defisit migas sebesar USD218,8 juta. Dan defisit nonmigas sebesar USD883,2 juta.
Menanggapi hal ini, Bank Indonesia (BI) menilai neraca perdagangan yang defisit dikarenakan faktor global yang membuat ekspor menurun. Pasalnya, ekonomi yang melandai membuat ekspor Indonesia menurun. "Indonesia memandang perkembangan neraca perdagangan pada Desember 2018 dan keseluruhan tahun 2018, tidak terlepas dari pengaruh dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan harga komoditas yang menurun memengaruhi kinerja ekspor," Sementara itu, permintaan domestik yang masih kuat sejalan untuk kegiatan ekonomi yang produktif seperti investasi memengaruhi kinerja impor. "Sementara itu, defisit neraca perdagangan nonmigas mengalami peningkatan karena penurunan ekspor nonmigas yang lebih besar dari penurunan impor nonmigas. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif Januari-Desember 2018 mencatat defisit USD8,57 miliar," Sebagai informasi, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit USD8,57 miliar. Disebabkan oleh defisit perdagangan migas sebesar USD12,4 miliar. Sementara, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD3,8 miliar. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Gas bumi diakui memegang peranan strategis dalam pembangunan, khususnya di sektor energi dan industri nasional. Pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik di masa mendatang diperkirakan terus meningkat seiring tumbuhnya perekonomian.Maryati Abdullah, Koordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia mengatakan, peningkatan tersebut seiring dengan kebijakan energi dan industri nasional untuk kebutuhan di dalam negeri. Pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi primer, paling tidak menjadi pilihan alternatif dengan emisi yang relatif lebih rendah daripada batu bara dan minyak bumi.
"Meningkatnya penggunaan gas bumi tersebut juga sejalan dengan kebijakan bauran energi nasional yang menargetkan penggunaan gas sebesar 22% di tahun 2025, 23% di tahun 2030 dan 24% di tahun 2050," Dia menyebutkan, lebih dari 40% produksi gas nasional saat ini masih diekspor. Maryati menjelaskan, meski kebijakan telah mengarahkan pada pengutamaan gas untuk kebutuhan domestik, namun realisasi penggunaan gas untuk sektor kelistrikan sejak tahun 2009 cenderung lebih kecil dari kontrak yang ada dikarenakan adanya keterbatasan infrastruktur. "Mahalnya harga gas dan adanya sumber komoditas lain seperti minyak bumi dan batu bara yang secara harga dianggap lebih kompetitif daripada gas bumi. Termasuk juga faktor adanya penurunan beban listrik di beberapa daerah," Untuk sektor industri, Maryati menyampaikan, realisasi penggunaan gas bumi fluktuatif karena pengaruh harga gas yang berdampak pada nilai kompetitif barang. Selain itu, suplai gas yang turun karena penurunan alamiah produksi gas. "Sedangkan sektor pupuk, realisasi penggunaan gas bumi cenderung stabil karena merupakan kontrak jangka panjang. Terdapat keluhan harga gas yang mahal menyebabkan rendahnya daya saing industri pupuk dibanding negara lain." EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa perekonomian dunia saat ini mengalami perubahan cepat dan dinamis. Salah satunya ditopang oleh kecanggihan teknologi yang demikian pesat. Karena itu, menurut JK, ekonomi Indonesia harus mampu mengikuti perubahan teknologi.
Saking cepatnya perubahan teknologi dalam bisnis, JK yang dikenal sebagai pebisnis senior, mengaku tidak bisa mengikuti perubahan bisnis yang terjadi saat ini. Kemajuan teknologi memaksa para pengusaha atau pebisnis mengubah pola usahanya agar bisa menghadapi tantangan dan peluang kemajuan ekonomi saat ini "Saya sudah menjalankan bisnis 30 tahunan. Tapi saya akui, saya enggak bisa mengikuti kecepatan bisnis saat ini. Sekarang bisa jual barang lebih tinggi dari harga pokok," Menurut dia, Indonesia pun harus bisa mengatasi masalah mengenai perubahan ekonomi yang semakin maju. Agar tidak menjadi negara tertinggal dalam menghadapi kemajuan teknologi. "Kita butuh perubahan besar. Sehingga pemerintah tahun ini memfokuskan diri meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya alam itu turun naik, kalau turun pada mengalami kesulitan. Tapi di industri, tidak mengena seperti itu, meskipun situasi dewasa ini menimbulkan alternatif yang harus diupayakan," Lanjutnya, perubahan ekonomi ini harus dimatangkan agar bisa mengikuti kemajuan ekonomi serta meningkatkan fundamental ekonomi. "Itu suatu sistem yang harus kita pahami sehingga membentuk fundamental ekonomi. Dan tidak semua bisnis, basisnya IT. Ada bisnis di sektor riil juga dan konvensional. Harus memadukan itu," Dan JK mengingatkan soal perubahan bisnis dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Perubahan ini harus disiasati dan dimatangkan dalam dua hal, yaitu pengembangan bidang teknologi dan bidang bisnis untuk memajukan ekonomi bangsa. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Pemerintah melalaui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melelang surat utang secara online yakni dengan menawarkan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR005 dengan tingkat kupon selama tiga bulan pertama sebesar 8,15%. Surat utang ini sudah bisa dibeli dengan awalan harga mencapai Rp1 Juta.
Direktur SUN Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinaita Ginting mengatakan, surat utang ini bisa dibeli secara online. Lebih lanjut Ia menerangkan alasannya, lantaran investasi SUN sudah menjadi tren tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya di kalangan generasi Milenial. "Seperti yang kita ketahui, kini kopi dan investasi sudah menjadi tren gaya hidup agar lebih baik. Jadi investasi itu Kini Untuk Nanti, dan ini bisa dibeli secara online dengan awal harga Rp1 Juta" Apalagi sambung dia, pemerintah juga tengah membutuhkan banyak biaya untuk pembangunan proyek infrastruktur. Dengan membeli SBR005 ini, investor sudah ikut membantu pemerintah serta membangun negara. "Caranya dengan mengeluarkan sumber pembiayaan SBN [surat berharga negara], salah satu jenis SBN untuk pembiayaan pembangunan negara kita adalah obligasi tabungan ritel," Sebagai informasi, Instrumen investasi tersebut nantinya akan mulai dipasarkan pada 10 Januari hingga 24 Januari 2019 mendatang. Meskipun begitu, dirinya belum menyebutkan berapa total surat utang yang akan diterbitkan. Sedangkan tingkat kupon untuk periode 3 bulan pertama atau 30 Januari 2019 sampai 10 April 2019 adalah sebesar 8,15%, berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu sebesar 6,00% ditambah spread tetap 215 bps (2,15%). Tingkat Kupon berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal Penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Selain itu Kemenkeu menggandeng Mitra distribusi (midis) tersebut terdiri dari empat perusahaan berbasis teknologi informasi yaitu PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa) dan PT Star Mercato Capitale (Tanamduit), PT Mitrausaha Indonesia Group (Modalku), PT Investree Radhika Jaya (Investree), serta satu sekuritas dan enam bank. Serta Perusahaan sekuritas yang menjadi midis adalah PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM). Perbankan yang menjadi midis yakni PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Negara Indonesia TBk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Standard Chartered Plc, memproyeksikan tujuh dari 10 negara ekonomi top dunia di tahun 2030 kemungkinan berasal dari pasar negara berkembang saat ini. Perusahaan jasa keuangan internasional yang berpusat di London, Inggris, itu memprediksi terjadi perombakan besar peringkat Produk Domestik Bruto (PDB) di 2030.
China akan menjadi ekonomi terbesar pada tahun 2030, berdasarkan nilai tukar paritas daya beli dan nominal PDB. Selanjutnya India di nomor dua, menggeser posisi Amerika Serikat. Dan menariknya, Indonesia berada di peringkat empat besar, mengalahkan Rusia, Jepang, dan Jerman. "Prakiraan pertumbuhan jangka panjang ini berdasarkan PDB negara di dunia, populasi, konvergensi PDB per kapita antara negara ekonomi maju dan berkembang," Standard memproyeksikan tren pertumbuhan untuk India meningkat menjadi 7,8% pada tahun 2020-an, sedangkan pertumbuhan China akan moderat sekitar 5% pada 2030, mencerminkan perlambatan alami mengingat mereka sudah mencapai titik klimaks. Dan benua Asia menjadi kawasan dengan pertumbuhan PDB paling pesat. PDB global Asia pada 2010 tumbuh 20%, tahun 2018 mencapai 28%, dan tahun 2030 kemungkinan mencapai 35%. Jumlah ini setara dengan gabungan kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Berikut perkiraan 10 ekonomi terbesar di dunia pada 2030 versi Standard Chartered: 1. China: USD64,2 triliun 2. India: USD46,3 triliun 3. Amerika Serikat: USD31 triliun 4. Indonesia: USD10,1 triliun 5. Turki: USD9,1 triliun 6. Brasil: USD8,6 triliun 7. Mesir: USD8,2 triliun 8. Rusia: USD7,9 triliun 9. Jepang: USD7,2 triliun 10. Jerman: USD6,9 triliun Catatan: Perkiraan dalam triliunan dolar internasional menggunakan ukuran paritas daya beli. EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Alokasi dana Program Keluarga Harapan (PKH) atau dana bantuan sosial meningkat menjadi Rp38 triliun pada 2019. Alokasi ini bertambah dua kali lipat jika dibandingkan dengan alokasi anggaran dalam APBN 2018 sebesar Rp19 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, kenaikan alokasi ini bukan karena menjelang tahun politik. Namun, lebih kepada penyesuaian setelah enam tahun terakhir tidak dilakukan perubahan. "Ini Program Keluarga Harapan (PKH) 2019 untuk 10 juta keluarga, anggaran dinaikkan dua kali lipat. Ini bukan soal pemilu, tapi sejak 2012 memang belum di-adjust dengan inflasi, makanya kita tambahkan," Sambung dia, mengungkapkan pembangunan manusia melalui pemberian PKH merupakan salah satu upaya pemerintah menekan angka kemiskinan. Serta pemerintah pun juga mengalokasikan dana Rp500 triliun untuk pendidikan. "Untuk pendidikan hampir Rp500 triliun sendiri hanya untuk pendidikan, tapi yang eksekusi itu di berbagai institusi dan pemda. Jadi, ini bukan hanya masalah uang, tapi koordinasi antara pusat dan daerah serta kementerian," Selain itu, pemerintah juga tetap fokus menggelontorkan dana untuk pembangunan proyek infrastruktur, meski anggarannya hanya naik tipis dari Rp405 triliun tahun lalu menjadi Rp410 triliun pada tahun ini. “Kami harapkan bisa dilaksanakan procurement awal, seperti tahun lalu. Persiapan DIPA-nya sudah selesai, sehingga bisa dilakukan awal tahun." EquityWorld Futures EquityWorld Futures - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3% pada 2019.
Hal tersebut menyusul membaiknya sektor perdagangan Indonesia tahun ini. Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, pada 2019 pertumbuhan ekonomi 5,3% jauh lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan pada 2018 sebesar 5,1%. “Kalau kita sih melihatnya Indonesia akan jauh lebih baik dibandingkan 2018 yang kurang lebih 5,1%. Kita melihatnya sih insya Allah pada 2019 ini kita bisa mencapai 5,2% sampai 5,3%,” Rosanmenambahkan, sek tor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada 2019 adalah perdagangan dan konsumsi dalam negeri. Konsumsi dan perdagangan dalam negeri pada 2019 akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. ”Karena tetap akan ditunjang dengan domestic consumption dan investasi,” Selain dua sektor tersebut, lanjut Rosan, ada satu lagi sektor yang diprediksi akan mendongkrak perekonomian Indonesia tahun ini, yakni investasi baik itu dalam negeri maupun asing yang diprediksi akan meningkat tajam tahun ini. “Saya lihat sih kita makin lama makin baik dan iklim investasi kita makin lama makin menarik untuk masuk Indonesia,” Menurut Rosan, peningkatan investasi pada 2019 tidak terlepas dari upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Dari mulai kebijakan perpajakan hingga perizinan diberikan pemerintah kepada para pengusaha asing maupun dalam negeri yang mau berinvestasi di Indonesia. “Pemerintah terus menciptakan banyak kebijakan yang baik seperti tax allowance, tax holiday, dan online single submission. Berbagai perbaikan di segi birokrasi dan perpajakan juga cukup membantu walaupun tentunya kita harus senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan lebih lanjut karena kita berkompetisi dengan negara-negara tetangga,” Di sisi lain, keberadaan perang dagang juga sangat membantu untuk mendongkrak investasi yang masuk karena baik Amerika Serikat maupun China akan mencari negara lain untuk berinvestasi dan biasnya dua negara tersebut akan mencari negara yang kondisi perekonomiannya membaik seperti Indonesia.“Tapi, kita akan melihat kepada investasi yang masuk ke Indonesia dengan adanya perang dagang ini kan yang tadinya investasi banyak yang masuk ke negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, sekarang juga mulai masuk ke Indonesia,” j Meski begitu, Rosan menegaskan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pemerintah dalam mengarungi tahun ini. Salah satu yang perlu di perhatikan dalam menghadapi 2019 adalah kemungkinan melambatnya perekonomian China. Ekonomi China tahun ini diperkirakan berada di level 6,2%. Menurut Rosan, perlambatan ekonomi China akan memengaruhi perekonomian dalam negeri mengingat saat ini ekspor mayoritas Indonesia menuju Negeri Tirai Bambu. Bahkan dibandingkan ekspor menuju Amerika Serikat, ekspor menuju China jauh lebih besar. “Kita ini lebih sensitif perlambatan pertumbuhan ke China dibandingkan dengan Amerika Serikat karena ekspor kita ini banyak melibatkan China,” Selain perlambatan ekonomi China, harga komoditas juga harus menjadi warning pemerintah pada 2019. Penurunan harga komoditas akan berpengaruh terhadap nilai ekspor karena dengan harga acuan dunia yang turun, maka secara nilai akan jauh lebih kecil meskipun secara volume jumlahnya relatif sama. Karena itu, lanjutnya, diperlukan alternatif ekspor lain selain komoditas yang harganya berpotensi melemah. Salah satu contohnya bagaimana mendorong ekspor produk jadi yang nilainya tambah bisa jauh lebih tinggi dibandingkan produk mentah. EquityWorld Futures PT EquityWorld Futures : IHSG Awal Pekan Parkir di Level 6.287 Saat Bursa Asia Melompat Tinggi1/7/2019 EquityWorld Futures - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan, Berakhir menghijau untuk semakin kokoh dengan parkir di level 6.287 dan meneruskan tren positif sejak sesi siang. Hingga sesi sore, IHSG berakhir menguat tipis 12,68 poin atau setara 0,20% di level 6.287,22.
Pada sesi I perdagangan siang tadi, IHSG bertambah 49,35 poin atau setara 0,79% untuk berdiri kokoh pada level 6.323,89 setelah pagi tadi dibuka meningkat naik 74,349 poin menjadi 6.347,721 poin dibandingkan penutupan Jumat (4/1) sebesar 6.274,54. Sektor saham dalam negeri hingga perdagangan sore secara keseluruhan berada dalam jalur positif. Di mana sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni perkebunan 1,68% diikuti sektor properti dengan lonjakan 1,34% sedangkan pelemahan terdalam menimpa aneka industri dengan kehilangan minus 1,12%. Adapun nilai transaksi pada bursa Indonesia sore ini tercatat sebesar Rp6,63 triliun dengan 8,08 miliar saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing mencapai minus Rp322,66 miliar dengan aksi jual asing sebesar Rp2,90 triliun dan aksi beli asing mencapai Rp2,58 triliun. Tercatat sebesar 148 saham menguat, 188 melemah dan 117 stagnan. Beberapa saham yang menguat di antaranya PT Arkadia Digital Media Tbk. (DIGI) naik Rp115 menjadi Rp76.950, PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. (TBMS) bertambah 80 ke posisi Rp900 serta PT Mayora Indah Tbk (MYOR) meningkat 70 menjadi 2,710. Sementara, saham-saham lain dengan pelemahan yakni PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) lebih tinggi Rp1.075 menjadi Rp18.800, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menyusut Rp750 menjadi Rp82.750 dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (MREI) berkurang Rp250 ke level Rp5.800. Pasar saham Asia mayoritas melompat tinggi ditopang sentimen positif dari babak baru perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China di tengah perundingan terbaru kedua negara mengawali 2019. Pembicaraan tersebut menjadi angin segar dalam upaya menyelesaikan sengketa perdagangan keduanya yang berimbas terhadap pertumbuhan global. Terpantau indeks Nikkei Jepang melambung tinggi 2,44% untuk berakhir pada posisi 20.038,97 untuk mengiringi lonjakan indeks Topix mencapai 2,81% menjadi 1.512,53 saat saham produsen mobil Toyota melesat hingga 3,15%. Sementara indeks Kospi, Korea Selatan naik sebesar 1,34% hingga menyentuh level 2.037,10 setelah saham produsen baja yakni Dongbu Steel meroket hampir 30%. Hal itu terjadi usai perusahaan mengumumkan rencana untuk menerbitkan saham baru, dalam upaya menarik investasi baru. Sementara saham Samsung hingga sesi sore perdagangan akhir pekan meningkat 3,47%. Selanjutnya bursa patokan Australia, ASX 200 menguat 1,14% dan mengakhiri sesi ke posisi 5.683,20 ditopang kinerja positif hampir semua sektor. Subindex materials naik 2,22% karena saham penambang utama menguat seperti Rio Tinto mendapatkan tambahan mencapai 2,69%, Fortescue Metals Group naik 3,26% dan BHP Billiton melonjak 3,03%. Tren penguatan juga trelihat pada indeks Hang Seng di Hong Kong yang hingga sesi sore masih menghijau di level 25,835.69 usai terdongkrak sebesar 209.67 poin. Seterusnya pasar saham daratan China yang masih menjadi fokus utama investor terkait situasi perang dagang Beijing dengan Washington, juga naik pada awal pekan hari ini. Komposit Shanghai naik sekitar 0,72% menjadi 2.533,09 sedangkan komposit Shenzhen melonjak 1,713% untuk menutup perdagangan pada level di sekitar 1.301,41 saat pembicaraan AS dan China telah dimulai. EquityWorld Futures |
OFFICIAL WEBSITEPT Equityworld FuturesProfil Perusahaan Legalitas Badan Pengawasan Hubungi Kami Archives
November 2022
Categories |
Selamat Datang di, | PT EQUITYWORLD FUTURES SAMARINDA |